Flower Boy _ Super Junior

Senin, 10 Januari 2011

Lanjutan Cinta Karena Allah 2


Langkah kakiku beranjak pergi meninggalkan Alex. Alex masih berdiri dan melambaikan tanggan kepadaku.Pintu mobil aku buka dan segera masuk dan duduk. Mobilku Segera meningkalkan sekolahku. Mobilku melaju dengan stabil. Di dalam mobil ka Fadil sedang menyalakan CD yang memutar banyak lagu – lagu baik lagu lama ataupun lagu baru ada dikaset itu. Giliran lagu samsons yang diputar judulnya adalah Kenangan Terindah. Lagu itu dulu adalah lagu favorit kami waktu itu. Masih teringat saat aku sedang memainkan piano dan Bian memainkan Gitar setiap sore kami selalu menyanyikan lagu itu. Air matapun tak tertahankan dan membasahi kedua pipiku saat aku teringat kenangan indah bersama Bian.
                             “Rere kamu kenapa? Kok nangis? Apa disekolah tadi ada yang buat kamu sedih ? Bilang sama kakak aja nggak usah takut ?”Ucap ka Fadil yang melirik ke arahku.
                             “Em... nggak kok kak. Malahan tadi temen – temen baru rere sangat baik sama rere.”Tuturku.
                             “Lah terus itu kenapa kamu nangis?”Tanya Ka Fadil
                             “Nggak apa – apa kok kak Cuma keinget sama bian”Senyum kecilku
                             “oh kenapa nggak telefon dia aja?”Saran Ka Fadil
                             “Oia ya rere kok nggak kepikiran sampe sana yah kak”Senyum lebarku. Aku langsung mengeluarkan HP secepat mungkin dan mencri kontak nomernya bian. Segera ku pencet tombol call Tapi sayang Senyum dibibirku berubah menjadi sebuah kekecewaan.
                             “Gimana nyambung nggak?”Tanya Ka Fadil dengan penasaran
                             “Nggak kak” Nadaku yang seperti sangat kecewa
                   Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar dan menangis menatap sebuah piano yang terletak di dekat jendela foto – foto yang terpajag di atasnya aku raih dan kupeluk erat –erat. Aku sangat merindukan dia sahabat dari kecilku yang paling mengerti aku . Dia selalu ada untukku disaat aku sedih dan senang. Tiada lagi Candanya yang selalu menemani segala sedihku dan Tiada Lagi Tawanya yang selalu menghiburku di saat ku lara.
                             “Non makan malamnya sudah siap di tunggu”Kata Bi Inda yang sambil mengetuk pintu kamarku. Aku menangis di atas tempat tiduku
                             “Iya Bi..nanti  saya menyusul”Ucapku sambil menahan isak tangisku. Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar.
                             “Ma ..pa”Lirihku
                             “Ya ampun rere kamu kenapa nak? Mata kamu merah dan bengkak. Kamu lagi sedih?”Tanya mama sangat perhatian padaku.
                             “Nggak kok mah mata rere Cuma agak sakit dikit”Aku mencoba mengelak.
                             “Udah dibawa ke rumah sakit?”Nada mama mulai sangat khawatir.
                             “Udah ma tenang aja. Rere nggak kenapa – napa kok”Mencoba untuk tersenyum walaupun dengan terpaksa.
                   Makan malam seperti biasanya tapi yang nggak biasanya adalah perasaan aku yang sangat menridukan Bian. Aku mulai berfikir apa dia kecewa dengan keputusanku tentang kepindahan aku. Mulai sejak saat itu tak berhenti – hentinya aku mencoba menghubungi Bian walaupun jawabanya tetap tidak aktif.
                   Keesokan harinya aku bersiap untuk berangkat sekolah dan diantar oleh Ka Fadil. Di dalam mobil aku terus menghubungi Bian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar